Kamis, 04 Maret 2010

LESSON STUDY

Lesson Study (LS) pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi kurikulum (kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang. Kajian tersebut diri pada kurikulum matematika di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan penelitian unggul.Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma tentang materi kurikulum dari ”memanjakan” menuju pada ”pemberdayaan” potensi siswa. Paradigma ”memanjakan” mengalami anomali, karena materi kurikulum sering tidak memperhatikan karakteristik siswa, sehingga substansi materi sering lepas konteks dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Akibatnya, siswa kurang tertarik, pembelajaran menjadi tidak bermakna, siswa sering menyembunyikan ketidakmampuan. Hal ini terjadi sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap potensi mereka. Sementara, paradigma ”pemberdayaan” bertolak dari potensi siswa yang mampu ”mengada”, sehingga materi kurikulum seyogyanya dikembangkan berbasis kebutuhan siswa, materi seyogyanya menyediakan model paedagogi yang mampu menampilkan aspek kemenarikan pembelajaran. Paradigma tersebut dapat berkembang jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Cara seperti ini melahirkan konsep Lesson Study (LS). 
  LS merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou ( instruction = pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnyajugyou kenkyuu , adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Lewis (2002) mendeskripsikan prosesproses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan ), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif,percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. LS hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam

  LS dapat berfungsi sebagai salah satu upaya pelaksanaan program inservice training bagi para guru. Upaya tersebut dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Pelaksanaanya adalah di dalam kelas dengan tujuan memahami siswa secara lebih baik. LS dilaksanakan secara bersama-sama dengan guru lain. 
  LS merupakan salah satu strategi pengembangan profesi guru. Kelompo guru pembelajaran secara bersama-sama, salah seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru lainnya mengamati belajar siswa. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi. 
  Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam LS juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus LS dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See) (Saito, et al. (2005). Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran berorientasi praktik. 

  1. Perencanaan (Plan) 
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancagan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dalam perencanaan, guru secara kolaboratif berbagi ide menyusun rancangan pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu pembelajaran. Sebelum diimplementasikan dalam kelas, rancangan pembelajaran yang telah disusun kemudian disimulasikan.  
Pada tahap ini ditetapkan prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan. 
  2. Pelaksanaan (Do) 
Tahap pelaksanaan LS bertujuan untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru berperan sebagai pelaksana LS dan guru yang lain sebagai pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang mengajar, tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada prosedur dan insturumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Pengamat tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran. 

  3. Refleksi (See) 
  Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan 
pembelajarn. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik. 
3. Lesson Study dalam Pengembangan Profesionalisme Guru 
  Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru, apabila dia melaksanakan LS secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru (Lewis, 2002), yaitu (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji 
cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan 
pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. 
1. LS memungkinkan Guru Memikirkan Dengan Cermat Mengenai Tujuan 
  Pembelajaran, Materi Pokok, dan Bidang Studi 
 LS tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau satu pokok bahasan saja, melainkan bagaimana membelajarkan satu unit materi pokok dan bahkan bidang studi, dan juga memperhatikan perkembangan siswa dalam jangka panjang. Karena itu, ketika memilih bidang kajian akademis dan topik LS, guru sering 
1) menargetkan dalam mengatasi kelemahan siswa dalam belajar,  
 (b) memilih topik yang bagi guru sulit mengajarkannya,  
c) memilih subjek terkini, misalnya aspek kebaharuan segi isi, teknologi, dan pendekatan pembelajaran, 
(d) memusatkan perhatian pada hal terpenting yang mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran lainnya (misalnya bahasa dan matematika). 
  2. LS Memungkinkan Guru Mengkaji dan Mengembangkan Pembelajaran 
  yang Terbaik yang Dapat Dikembangkan 
  Melalui LS, guru dapat mengkaji dan mengemangkan pembelajaran yang terbaik, 
misalnya guru mampu menghasilkan produk buku. Buku-buku tersebut memuat tujuan 
jangka panjang yang ingin dicapai, filosofi pembelajaran yang dianut, rancangan pembelajaran dan rancangan seluruh unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kekuatan dan kesulitan dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru lain yang ingin mencoba pembelajaran tersebut. Dalam hal ni, guru yang lain tidak hanya diharapkan mencoba membelajarkan, tetapi yang lebih penting mereka sedapat mungkin menambah, menguji, dan melaporkan perbaikan yang mereka lakukan. Prosestersebut akan bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran. 
  3. LS memungkinkan Guru Memperdalam Pengetahuan Mengenai Materi 
  Pokok Yang Diajarkan 
  LS juga memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yang diajarkan. 
Dengan melaksanakan LS, guru dapat mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam LS. Melalui LS guru secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan yang dianggap penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal itu, dan berusaha mencari informasi yang mereka perlukan untuk membelajarkan siswa. 
  4. LS Memungkinkan Guru Memikirkan Secara Mendalam Tujuan Jangka 
  Panjang Yang Akan Dicapai Yang Berkaitan dengan Siswa 
  LS dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas ideal yang ingin dikuasai oleh siswa pada saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada di antaranya.Guru sering menerjemahkan kualitas ideal yang diharapkan dimiliki oleh para siswa itu adalah dalam bentuk kecakapan hidup. Kecakapan-kecakapan hidup yang dimaksud, misalnya sikap menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif, dan cara berpikir dalam menikmati sains. 
  5. LS Memungkinkan Guru Merancang Pembelajaran Secara Kolaboratif 
  LS memberi kesempatan kepada guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut Lewis (2002), rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar 10 pembelajaran yang diteliti setiap tahun. Guru di Jepang mempersepsi bahwa aktivitas kolaboratif sangat menguntungkan. Aktivitas kolaboratif dapat memberikan kesempatan epada guru untuk memikirkan pembelajarannya sendiri setelah mempertimbangkannya dengan pengalaman yang dilakukan oleh guru yang lain. Melalui LS guru dapat saling membelajarkan melalui aktivitas-aktivitas shared knowledge. 

  6. LS Memungkinkan Guru Mengkaji Secara Cermat Cara dan Proses Belajar Serta Tingkah Laku Siswa 
  LS memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta aktivitas siswa. Fokus LS hendaknya diarahkan pada peningkatan pembelajaran melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Pengamatan tersebut bertujuan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan belajar dan apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam LS. Melalui LS guru secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan yang dianggap penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal itu, dan berusaha mencari informasi yang mereka perlukan untuk embelajarkan siswa. 
4. LS Memungkinkan Guru Memikirkan Secara Mendalam Tujuan Jangka 
  Panjang Yang Akan Dicapai Yang Berkaitan dengan Siswa LS dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitasideal yang ingin dikuasai oleh siswa pada saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada diantaranya. Guru sering menerjemahkan kualitas ideal yang diharapkan dimiliki oleh para siswa itu adalah dalam bentuk kecakapan hidup. Kecakapan-kecakapan hidup yang dimaksud, misalnya sikap menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif, dan cara berpikir dalam menikmati sains. 
  5. LS Memungkinkan Guru Merancang Pembelajaran Secara Kolaboratif 
  LS memberi kesempatan kepada guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut Lewis (2002), rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar pembelajaran yang diteliti setiap tahun. Guru di Jepang mempersepsi bahwa aktivitas kolaboratif sangat menguntungkan. Aktivitas kolaboratif dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk memikirkan pembelajarannya sendiri setelah mempertimbangkannya dengan pengalaman yang dilakukan oleh guru yang lain. Melalui LS guru dapat saling membelajarkan melalui aktivitas-aktivitas shared knowledge. 
  6. LS Memungkinkan Guru Mengkaji Secara Cermat Cara dan Proses Belajar Serta Tingkah Laku Siswa 
  LS memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta aktivitas siswa. Fokus LS hendaknya diarahkan pada peningkatan pembelajaran melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Pengamatan tersebut bertujuan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan belajar dan kegiatan berpikir siswa, bukan pada kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas LS sesungguhnya buka menyalahkan guru atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam LS, guru perlu mencari bukti bahwa siswa memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Berdasarkan data yang dikumpulkan, guru dapat melihat pembelajarannya melalui tanggapan siswa. Untuk memperoleh respon siswa tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan, adalah: bagaimana pemahaman siswa mengenai materi pembelajarannya? 
Apakah siswa tertarik untuk belajar? Apakah mereka memperhatikan ide siswa lainnya? 
Secara singkat, ada 5 hal penting terkait dengan data siswa yang perlu dikumpulkan, yaitu hasil belajar akademis, motivasi dan persepsi, tingkah laku sosial, sikap terhadap belajar, dan interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran. 
  7. LS Memungkinkan Guru Mengembangkan Pengetahuan Pedagogis Yang 
  Kuat Penuh Daya 
  LS dapat memberi peluang kepada guru untuk mengembangkan pengetahuan pedagogis secara optimal. Hal ini disebabkan karena melalui LS guru secara terus menerus berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menerjemahkan kurikulum. Guru dapat secara terus menerus memikirkan bagaimana kualitas pertanyaan yang mampu dipecahkan oleh siswa dalam pembelajaran. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempertahankan minat belajarnya secara konsisten. Guru juga memikirkan bagaimana menggunakan debat agar mampu memaksimalkan partisipasi siswa dalam diskusi dan bagaimana mendorong siswa untuk dapat membuat catatan yang baik dan melakukan refleksi diri. 
  8. LS Memungkinkan Guru Melihat Hasil Pembelajaran Sendiri Melalui Respon Siswa dan Tanggapan Para Kolega 
  LS memberi kesempatan kepada guru melihat hasil pembelajarannya sendiri melalui respon siswa dan tangapan para kolega. Data yang diberikan oleh kolega menjadi “cermin” bagi guru yang melaksanakan LS. Kolega dapat membantu guru mencatat kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah siswa yang angkat tangan, atau mencatat pertanyaan dan jawaban guru. Guru pelaksana LS dapat pula memita kepada kolega untuk mencatat interaksi siswa, misalnya difokuskan pada interaksi 3 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, dan menilai karya mereka. Dengan cara ini, guru dapat melihat bagaimana siswa mengalami 
pembelajaran yang efektip. 

4. Implementasi lesson study dalam pembelajaran 
  Oleh karena LS dapat meningkatkan profesionalisme guru, maka pelaksanaan LS secara berkesinambungan diyakini dapat meningkatkan praktik-praktik pembelajaran sehari-hari. Peningkatan praktik-praktik pembelajaran akan bermuara pada peningkatan kualitas proses dan produk belajar siswa. Dalam praktik pembelajaran, secara operasional LS dapat dilaksanakan melalui 6 (enam) tahapan, yaitu (1) membentuk kelompok LS, (2) mefokuskan LS, (3) Merencanakan Research Lesson (RL), (4) membelajarkan dan mengamati RL, (5) mendiskusikan dan menganalisis RL, dan (6) merefleksikan dan merencanakan kembali LS. 
  1. Membentuk Kelompok LS 
  Pada tahapan pertama ini, ada empat langkah kegiatan yang dapat dilakukan, sebagai berikut. 
 (a) Merekrut anggota kelompok dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan pemerhati pendidikan. Kriteria anggota adalah memiliki komitmen minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan. 

 (b) Membuat komitmen untuk menyediakan waktu khusus guna mewujudkan atau mengimplementasikan lesson study. Para anggota kelompok biasanya menyelenggarakan pertemuan rutin baik mingguan, bulanan, semesteran, maupun tahunan dalam tahun ajaran tertentu. 
 (c) Menyusun jadwal pertemuan tertentu mengingat pertemuan sangat sering dan beragam. Jadwal juga sangat berguna dalam mengatur semua tugas yang terkait dengan kegiatan anggota kelompok, termasuk tugas mengajar rutin. 
 (d) Menyetujui aturan main kelompok, antara lain bagaimana cara mengambil keputusan kelompok, bagaimana membagi tanggung jawab antaranggota kelompok, penggunaan waktu, dan bagaimana menyampaikan saran, termasuk bagaimana menetapkan siapa yang menjadi fasilitator diskusi. 
  2. Mefokuskan LS 
  Pada tahapan ini, ada tiga langkah kegiatan yang dapat dilakukan, sebagai berikut. 
  (a) Menyepakati tema penelitian untuk lesson study. Tema penelitian dipilih dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, bagaimana kualitas aktual para siswa saat sekarang. Kedua, apa kualitas ideal para siswa yang diinginkan di masa mendatang. Ketiga, adakah kesenjangan antara kualitas ideal dan kualitas aktual para siswa yang menjadi sasaran lesson study. Kesenjangan inilah yang dapat diangkat menjadi bahan tema penelitian. 
 (b) Memilih mata pelajaran untuk lesson study. Sebagai panduan memilih mata pelajaran dapat menggunakan pertanyaan berikut. Pertama, mata pelajaran apa yang paling sulit bagi siswa. Kedua, mata pelajaran apa yang paling sulit diajarkan oleh guru. Ketiga, mata pelajaran apa yang ada pada kurikulum baru yang ingin dikuasai dan dipahami oleh guru. 
(c) Memilih topik (unit) dan pelajaran (lesson). Topik yang dipilih sebaiknya adalah 
topik yang menjadi dasar bagi topik belajar berikutnya, topik yang selalu sulit bagi 
siswa atau tidak disukai siswa, topik yang sulit diajarkan atau tidak disukai guru, 
atau topik yang baru dalam kurikulum. Setelah topik dipilih selanjutnya 
menetapkan tujuan topik tersebut. Berdasarkan tujuan topik ini ditetapkan beberapa pelajaran yang akan menunjang tercapainya tujuan topik tersebut. 
  3. Merencanakan Research Lesson (RL) 
  Dalam merencanakan suatu RL, dilaksanakan tiga langkah kegiatan, sebagai berikut. 
  (a) Mengkaji pelajaran-pelajaran yang sedang berlangsung atau yang sudah ada. 
  (b) Mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar. Rencana untuk memandu 
siswa belajar akan memandu pelaksanaan pembelajaran, pengamatan, dan diskusi 
tentang RL serta mengungkap temuan yang muncul selama lesson study 
berlangsung. Rencana untuk memandu belajar itu merupakan suatu hal yang ompleks. Oleh sebab itu, akan sangat membantu jika diperhatikan elemennya dalam tiga daerah lingkaran yang terpusat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 

3, yaitu rencana research lesson yang terletak pada daerah pusat lingkaran, rencana unit (unit plan) yang berada pada ring lingkaran yang lebih luar, dan rencana pembelajaran menyeluruh yang berlokasi pada daerah ring lingkaran paling luar. 

Dalam merencanakan research lesson secara efektif, dapat dilakukan dengan memikirkan jawaban dari dua buah pertanyaan berikut. Pertama, perubahan- perubahan apa saja yang akan terjadi pada siswa selama pembelajaran berlangsung? Kedua, apa saja yang dapat dilakukan untuk membangkitkan memotivasi instrinsik siswa? Rencana research lesson ini biasa ditulis dalam suatu tabel yang memuat tiga atau empat kolom. Kolom-kolom tersebut memuat (a) pertanyaan, masalah, dan kegiatan yang harus dikemukakan oleh guru, (b) antisipasi jawaban-jawaban siswa, (c) jawaban-jawaban yang direncanakan guru untuk siswa, (d) butir-butir yang perlu dicatat selama pelajaran (atau “evaluasi”). pertanyaan berikut: Apa yang saat ini dipahami oleh siswa tentang topik ini? Apa yang diinginkan untuk dipahami siswa pada akhir pembelajaran? Apa “drama” atau rentetan pertanyaan dan pengalaman yang akan mendorong siswa untuk berpindah dari pemahaman awal menuju pemahaman yang akan diinginkan? Bagaimana siswa akan menjawab pertanyaan dan beraktivitas pada pembelajaran tersebut? Apa masalah dan miskonsepsi yang akan muncul? Bagaimana guru akan menggunakan ide dan miskonsepsi untuk meningkatkan pelajaran tersebut? Apa yang akan membuat pelajaran ini mampu memotivasi dan bermakna bagi siswa? Apa bukti tentang belajar siswa, memotivasi siswa, perilaku siswa yang harus dikumpulkan agar guru dapat mendiskusikan pembelajaran itu dan membahasnya dalam tema penelitian yang lebih luas? Apa sajakah format pengumpulan data yang diperlukan? 
(c) Mengundang pakar dari luar (bila memungkinkan). Pakar bisa dari guru, dosen, atau peneliti yang memiliki pengetahuan tentang bidang studi dan atau bagaimana memelajarkannya. 
  4. Membelajarkan dan mengamati RL 
  RL yang telah direncanakan sudah dapat diimplemetasikan dan diamati. Salah satu guru yang telah disepakati ditunjuk untuk membelajarkan pelajaran (lesson) yang sudah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok lain sebagai pengamat. Pengamat berbagi tugas dan tugas utamanya adalah hanya untuk mempelajari pembelajaran yang berlangsung, bukan membantu siswa. Untuk mendokumentasikan research lesson dapat dilakukan dengan menggunakn audiotape, vediotape, handycam, kamera, karya siswa, dan catatan observasi naratif. 
   
 5. Mendiskusikan dan menganalisis RL 
  RL yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Diskusi dan 
analisis diharapkan memuat hal-hal sebagai berikut: refleksi instruktur, latar belakang anggota kelompok LS, presentasi dan diskusi tentang data dari RL, diskusi umum, komentator dari luar (opsional), dan ucapan terima kasih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan diskusi, adalah sebagai berikut. 
  (a) Diskusi dilaksanakan segera, pada hari yang sama. 
  (b) Pembelajar diberi kesempatan pertama mengemukakan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran. 
  (c) Pembelajaran yang dilaksanakan merupakan milik pembelajaran semua anggota kelompok (pembelajaran “kita” bukan pembelajaran “saya”) 
 (d) Instruktur atau guru yang erencanakan pembelajaran perlu menceritakan alasannya dan menjelaskan perbedaan antara rencana dan apa yang telah terlaksana. 
  (e) Diskusi difokuskan pada data yang dikumpulkan oleh pengamat. 
  (f) Waktu diskusi digunakan secara efektif dan efisien. 
   
 6. Merefleksikan LS dan merencanakan tahapan berikutnya 
  Dalam merefleksikan LS perlu dipikirkan tentang apa yang sudah berlangsung 
dengan baik sesuai dengan rencana dan apa yang masih perlu diperbaiki. Selanjutnya perlu juga dipikirkan apa yang harus dilakukan kelompok lesson study. Pertanyaan- pertanyaan berikut dapat digunakan untuk membantu guru dalam melakukan refleksi. 
  (a)Apakah yang berguna atau bernilai tentang lesson study yang dikerjakan 
  bersama? 
  (b) Apakah lesson study membimbing guru untuk berpikir dengan cara baru 
  tentang praktek pembelajaran sehari-hari? 
  (c) Apakah lesson study membantu mengembangkan pengetahuan guru tentang mata pelajaran serta pengetahuan tentang belajar dan perkembangan siswa? 
  (d) Apakah lesson study menarik bagi semua guru? 
  (e) Apakah guru berkeja sama secara produktif dan sportif? 
  (f) Sudahkan guru membuat kemajuan terhadap tujuan lesson study secara 
  menyeluruh? 
  (g) Apakah semua anggota kelompok sudah merasa terlibat dan berguna? 
  (h) Apakah pihak yang bukan peserta merasa mendapat informasi dan terundang dalam kegiatan lesson study?